Keesokan harinya, segala makanan khas lebaran dihidangkan & ga ketinggalan, yaitu makan ketupat++++ bersama keluarga sebelum sholat Ied. Mmmm..subhanallah maknyos!!!. Seperti biasa, setelah sholat Ied, kita bersalaman dari rumah ke rumah dan juga berdziarah kubur tidak pernah ketinggalan. Bayangkan, setiap lebaran harus berdziarah ke empat pemakaman.
Saya sangat bersyukur, karena pada momen ini kita dapat berkumpul dengan sanak saudara, keluarga, dan handai taulan. Momen ini dimanfaatkan tuk bersilaturahim ke rumah temen dan kumpul bareng (reuni) dengan temen2 SMU doeloe. Memang…sungguh indah persaudaraan itu. Tapi, ada satu yang kurang, yaitu seharusnya keluarga dari leuwiliang tahun ini berlebaran di kampong halaman dan bisa kumpul bareng. Ternyata, ga bisa berlebaran di kampoeng, karena harus mempersiapakan walimahan anaknya pada H+7 Lebaran. Tak apalah, yang penting esensi dari lebaran tidak berkurang.
Tapi kawan, yang tidak kalah pentingnya ialah kita harus menerapkan madrasah Ramadhan yang telah kita lakukan selama 1 bulan penuh tersebut ke dalam 11 bulan berikutnya. Jika tidak, maka sesungguhnya Bulan Ramadhan masih dianggap sebagai ritual biasa oleh kita semua dan kita termasuk manusia yang rugi. Semoga kita menjadi hamba-hamba Allah yang mendapat gelar “muttaqien” dan terlahir kembali sebagai “pemenang” bukan sebagai “pecundang”. wallahua'lam.
Taqobbalallahu minna wa waminkum, shiyamana wa shiyamakum. Kullu Amin wa Antum Bi khair. Mohon Maaf Lahir dan Batin ya!!!
No comments:
Post a Comment